Resume Cairan Tubuh, Gangguan keseimbangan cairan, Gangguan keseimbangan elektrolit, Gangguan keseimbangan asam basa, Mekanisme penanganan cairan infus, Menghitung tetesan infus, Dan jenis cairan intravena beserta referensi
RESUME
KEBUTUHAN DASAR KEBIDANAN 1
DOSEN PEMBIMBING :
GITHA ANDRIANI S.Si.T, M.Kes
DISUSUN OLEH :
SRIGITA DEWIYANA HERLYN
(16140074)
KELAS B.13.1
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
REFERENSI BUKU
JUDUL BUKU :
KDPK KEBIDANAN TEORI & APLIKASI
PENGARANG :
ENY RETNA AMBARWATI, S.Si.T
TRI SUNARSIH, SST
PENERBIT :NUHA MEDIKA (Cetakan pertama, 2009)
TEMPAT PENERBIT : YOGYAKARTA
TAHUN : 2009
HALAMAN : 235
PEMBAHASAN
I
CAIRAN
TUBUH
Cairan tubuh manusia
terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan cairan dan
elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Cairan tubuh terbagi atas 2 kompartemen yaitu :
a.
Cairan
Intraseluler
Cairan intra seluler terdiri dari 40% dari berat badan orang
dewasa atau 70% total dari cairan tubuh.
b.
Cairan
Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari berat badan orang
dewasa atau 30% dari total dari cairan tubuh(Metheny, 1992 dari C.Taylor,
C.Lillis dan P. LeMone, 1998).
Cairan ekstraseluler terdir dari cairan intravascular dan
interstisial. Cairan intravascular atau plasma (5%) merupakan cairan dari
komponen darah. Cairan interstisial adalah cairan yang tedapat pada jaringan
sel dan limpa. Cairan total tubuh (Total body water) atau TBW/TBF adalah jumlah
total cairan yang dikeluarkan prosentase dari berat badan.
Jenis
|
Prosentase
Cairan Tubuh
|
Bayi (baru lahir)
|
75%
|
Dewasa Pria (20-40 tahun)
|
60%
|
Dewasa Wanita (20-4-
tahun)
|
50%
|
Usia Lanjut
|
45-50%
|
REFERENSI BUKU
JUDUL BUKU :
CATATAN KULIAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PENGARANG :
SARYONO
ANGGRIYANA TRI WIDIANTI
PENERBIT :NUHA MEDIKA (Cetakan pertama, 2010)
TEMPAT PENERBIT : JL RINGROAD SELATAN, YOGYAKARTA
TAHUN : 2010
HALAMAN : 148
PEMBAHASAN
II
GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN
Gangguan Volume cairan ada
2, yaitu hipovolemik (kekurangan cairan) dan Hipervolemik (kelebihan cairan.
1.
Hipovolemik
(Kekurangan Cairan)
§ Isotonic adalah cairan dan ion hilang;
penurunan volume darah
§ Hypertonic adalah cairan yang hilang
lebih besar dari kehilangan ion
§ Hypotonic adalah ion yang hilang lebih
besar dari kehilangan cairan.
2.
Hipervolemik
(Kelebihan cairan)
§ Isotonic (CHF) adalah hanya ekstrasel
yang kelebihan cairan
§ Hypertonic adalah jarang terjadi atau
kelebihan Na; cairan berpindah dari intrasel ke ekstrasel
§ Hypotonic adalah water intoxication;
life threatening; cairan berpindah masuk ke intrasel ke seluruh kompartemen tubuh
PEMBAHASAN
III
GANGGUAN
KESEIMBANGAN ELEKTROLIT
1.
Ketidakseimbangan
natrium
Terjadi hiponatremia atau hipernatremia. Jika Na menurun,
tubuh akan menurunkan eksresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum agar
normal. Bila berlanjut menurun, maka volume darah akan dipertahankan.
2.
Ketidakseimbangan
kalium
Terjadi hipokalamia karena penggunaan diuretik yang membuang
kalium dan hiperkalamia karena gagal ginjal.
3.
Ketidakseimbangan
magnesium
Terjadi hipomagnesemia yang menurunkan iritabilitas neuromuskular
dan hipermagnesemia yang menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.
4.
Ketidakseimbangan
kalsium
5.
Ketidakseimbangan
Klorida
Muntah, Drainase nasogastrik atau drainase fistula
menyebabkan hipokloremia.
PEMBAHASAN
IV
GANGGUAN
KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA
1.
Asidosis
Respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan kosentrasi ion H.
2.
Alkalosis
Respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi.
Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
3.
Asisdosis
metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare
akut, diabetes melitus, olah raga yang terlalu berat,dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4.
Alkalosis
Metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasama karena defisiensi asam
karbonat. Akibatnya kosentrasi
bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi kehilangan ion H karena muntah-muntah dan
minum obat alkalis. Hilangnya ion H akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
REFERENSI INTERNET :
§
Dehydration. Medline
Plus, a service of the National Library of Medicine National Institutes of
Health. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000982.htm.
§
Dehydration. PubMed
Health, a service of the NLM from the NIH.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001977/.
§
What is Dehydration?
KidsHealth.org. http://kidshealth.org/teen/safety/first_aid/dehydration.html.
§
Tierney LM Jr., Saint
S, Whooley MA (Eds.) Current Essentials of Medicine (4th ed.). New York:
McGraw-Hill, 2011.
PEMBAHASAN
V
MEKANISME
PENANGANAN GANGGUAN CAIRAN
Ø Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu kondisi tubuh yang abnormal di
mana sel-sel tubuh kekurangan cairan. Otot, organ, dan jaringan di dalam tubuh
terdiri dari 70% air, dan air juga sangat penting untuk berbagai proses tubuh.
Pengobatan Dehidrasi ringan
1.
Dehidrasi ringan
dapat diatasi dengan minum cairan sedikit-sedikit namun dengan interval yang
pendek (sering).
2.
Untuk bayi dan
anak-anak yang muntah atau diare, berikan rehidrasi oral seperti oralit, yang
mana oralit juga sangat dianjurkan ketika terjadi muntah dan diare.
3.
Semua minuman yang
mengandung kafein, seperti kopi dan minuman soda harus dihindari.
Kafein akan memperburuk dehidrasi karena menyebabkan peningkatan potensi buang
air kecil.
Pengobatan dehidrasi
sedang hingga berat
1.
Dehidrasi sedang
hingga berat biasanya membutuhkan rawat inap dan perawatan intensif di rumah
sakit.
2.
Cairan intravena
diberikan berikut penggantian cairan elektrolit.
3.
Elektrolit dan
parameter penting lainnya, seperti tanda-tanda vital harus dipantau secara
kontinyu.
4.
Untuk kasus dehidrasi yang komplikasinya sampai mengancam jiwa seperti
gagal ginjal dan syok hipovolemik, maka diperlukan tindakan-tindakan penunjang
kehidupan.
REFERENSI INTERNET :
§
Syock hipovolemik. Ika prasetya wijaya (ed). 2006. BAIPD. E IV. J I. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p 180-30.
§
Shock. M Basic Trauma Cardiac Life Support.
AGD Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2012. p 73.
Ø
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem
sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh
darah yang berkurang. Kondisi ini yang dapat disebabkan karena
akibat terjadi perdarahan yang masif / kehilangan plasma darah.
Berikut cara penanganan pada pasien syock
hipovolemik :
- Lakukan A-B-C (airway-breathing-circulation) dahulu.
- Tinggikan posisi kaki pasien.
- Jaga jalur pernafasaan.
- Berikan cairan intra vena (infus) 2 - 4 liter dalam waktu 20 - 30 menit. Seperti cairan infus RL (hati-hati pemberian terlalu cepat pada pasien asidosis hiperkloremia).
- Jika perdarahan atau kehilangan cairan belum bisa diatasi maka lakukan cek kadar hemoglobin, jika hasilnya < 10 g/dl maka berikan tranfusi darah.
- Pastikan darah sesuai dengan golongan darah pasien serta disarankan darah yang digunakan sudah menjalani tes uji silang.
- Dalam kasus hipovolemik yang berat, pemberian dukungan inotropik dengan dopam*n, dobutam*n dapat untuk dipertimbangkan agar ventrikel memiliki kekuatan yang cukup.
- Pemberian naloks*n bolus 30 mcg/kg dalam 3 hingga 5 menit lalu dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam kedalam cairan rose 5% bisa membantu meningkatkan mean arterial pressure (MAP).
- selain resusitasi cairan, saluran pernafasan harus tetap dijaga.
REFERENSI BUKU
JUDUL BUKU :
DEHIDRASI
PENGARANG :
SOEBAGJO LOEHOERI
MOEFRODI WIRJOATMOKO
PENERBIT : BAIPD. J I.E IV. FKUI (2006)
TEMPAT PENERBIT : JAKARTA
TAHUN : 2006
HALAMAN : 156
MENGHITUNG
TETESAN CAIRAN INFUS
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Contoh
Berapa tetes
per menit (TPM) jika cairan yang dimasukkan 500 ml dan habis dalam waktu 8 jam?
Jawab.
a. Bila
faktor tetesan makro.
Tetes Per
Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
(Makro) Lamanya infus (jam) x 3
Tetes Per
Menit = 500 ml
(Makro) 8 jam x 3
(Makro) 8 jam x 3
Tetes Per Menit = 500
(Makro) 24
(Makro) 24
Tetes Per Menit = 20
(Makro)
(Makro)
Jadi, cairan
tersebut harus diberikan 20 TPM.
b. Faktor
tetesan mikro.
Tetes Per
Menit = Jumlah cairan infus (ml)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
(Mikro) Lamanya infus (jam)
Tetes Per
Menit = 500 ml
(Mikro) 8 jam
(Mikro) 8 jam
Tetes Per
Menit = 60
(Mikro)
(Mikro)
Jadi, cairan
tersebut harus diberikan 60 TPM.
REFERENSI INTERNET :
§ https://dokmud.wordpress.com/2009/10/25/cairan-intravena/
JENIS CAIRAN INTRAVENA
3.1 Jenis-Jenis Cairan Intravena
Umumnya terapi cairan yang dapat diberikan berupa cairan kristaloid dan koloid atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai campuran. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik,dan hipertonik terhadap cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang BM nya tinggi.7,8
Umumnya terapi cairan yang dapat diberikan berupa cairan kristaloid dan koloid atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai campuran. Cairan ini bisa isotonik, hipotonik,dan hipertonik terhadap cairan plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang BM nya tinggi.7,8
3.1.1 Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid terdiri dari:
1.Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan. Contohnya dextrosa 5%
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding dengan cairan koloid.8
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Peristiwa ini dikenal dengan infus internal. Disamping itu cairan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik positif antara lain memvasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
• Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L.
Cairan kristaloid terdiri dari:
1.Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan. Contohnya dextrosa 5%
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding dengan cairan koloid.8
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke dalam ekstra seluler. Peristiwa ini dikenal dengan infus internal. Disamping itu cairan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik positif antara lain memvasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :
• Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L.
• Ringer Asetat
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l.
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l.
• Glukosa 5%, 10% dan 20%
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
• NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik.
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
• NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik.
3.1.2 Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
• Albumin.
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Albumin endogen.
Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan dihasilkan di hati dengan BM antara 66.000 sampai dengan 69.000, terdiri dari 584 asam amino. Albumin merupakan protein serum utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik plasma. Penurunan kadar Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya 1/3nya.8
2. Albumin eksogen.
Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat dari plasma manusia yang dimurnikan.8
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
• Albumin.
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Albumin endogen.
Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan dihasilkan di hati dengan BM antara 66.000 sampai dengan 69.000, terdiri dari 584 asam amino. Albumin merupakan protein serum utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik plasma. Penurunan kadar Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya 1/3nya.8
2. Albumin eksogen.
Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat dari plasma manusia yang dimurnikan.8
3.1.3 Cairan Kombinasi
• KaEn 1 B (GZ 3 : 1)
Larutan yang mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L. Dextrose 37,5 gr/L. Cairan ini digunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitis.9
•Cairan 2a
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1 : 1 yang terdiri dari dextrosa monohidrat 55gr/L, dextrosa anhidrat 50 gr/L, Natrium 150 mmol/L dan klorida 150 mmol/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi dan bronkopneumoni dengan komplikasi. Sedangkan campuran glukosa 10% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1 digunakan pada bronkopneumoni dengan dehidrasi oleh karena intake kurang9
• Cairan G:B 4:1
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5 % yang merupakan campuran dari 500 cc Glukosa 5% dan 25 cc Natriun Bikarbonat 8,4%. Cairan ini digunakan pada neonatus yang sakit
• Cairan DG
Cairan ini terdiri dari Natriun 61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat 27 mEq/L dan Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/L.9 Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi.
• Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon)
Cairan ini mengandung natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat 25 mEq/25ml. Cairan ini digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat.9 Sediaan dalam bentuk flakon sebanyak 25 ml dengan konsentrasi 8,4% ( 84 mg/ml)
•Cairan RLD
Cairan yang terdiri dari I bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glikosa 5% yang bisa digunakan pada demam berdarah dengue .
•Cairan G:Z 4:1
Cairan yang terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9% yang bisa digunakan pada dehidrasi berat karena diare murni.
• KaEn 1 B (GZ 3 : 1)
Larutan yang mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L. Dextrose 37,5 gr/L. Cairan ini digunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitis.9
•Cairan 2a
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1 : 1 yang terdiri dari dextrosa monohidrat 55gr/L, dextrosa anhidrat 50 gr/L, Natrium 150 mmol/L dan klorida 150 mmol/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi dan bronkopneumoni dengan komplikasi. Sedangkan campuran glukosa 10% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1 digunakan pada bronkopneumoni dengan dehidrasi oleh karena intake kurang9
• Cairan G:B 4:1
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5 % yang merupakan campuran dari 500 cc Glukosa 5% dan 25 cc Natriun Bikarbonat 8,4%. Cairan ini digunakan pada neonatus yang sakit
• Cairan DG
Cairan ini terdiri dari Natriun 61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat 27 mEq/L dan Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/L.9 Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi.
• Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon)
Cairan ini mengandung natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat 25 mEq/25ml. Cairan ini digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat.9 Sediaan dalam bentuk flakon sebanyak 25 ml dengan konsentrasi 8,4% ( 84 mg/ml)
•Cairan RLD
Cairan yang terdiri dari I bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glikosa 5% yang bisa digunakan pada demam berdarah dengue .
•Cairan G:Z 4:1
Cairan yang terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9% yang bisa digunakan pada dehidrasi berat karena diare murni.
DAFTAR PUSTAKA
Retna Ambarwati, S.Si.T,
Eny. Sunarsih SST, Tri.2009.KDPK
Kebidanan Teori & Aplikasi.Cetakan pertama.Yogyakarta:Nuha Medika
Saryono. Tri Widianti,
Anggriyana.2010.Catatan Kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia. Cetakan pertama.Yogyakarta:Nuha Medika
Loehoeri, Soebagjo.
Wirjoatmoko, Moefrodi.2006.Dehidrasi.Jakarta:BAIPD.JI.E.FKUI
Dehydration. Medline Plus, a service of
the National Library of Medicine National Institutes of Health.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000982.htm.
Dehydration. PubMed Health, a service of
the NLM from the NIH. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001977/.
What is Dehydration? KidsHealth.org.
http://kidshealth.org/teen/safety/first_aid/dehydration.html.
Tierney LM Jr., Saint S, Whooley MA (Eds.)
Current Essentials of Medicine (4th ed.). New York: McGraw-Hill, 2011.
https://dokmud.wordpress.com/2009/10/25/cairan-intravena/
Komentar
Posting Komentar