Puisi Korea



PUISI-PUISI KARYA KOREA

Waktu-Musim-Semi-Di-Korea-Selatan

Anyeonghaseyo, apa kabar kalian? Udah makan? Udah mandi? Udah ngapain aja? *hihi gajelas banget yah yaudah kembali ke laptop. Dipostingan saya kali ini saya ngeposting tentang puisi karena berhubung saya sendiri sangat suka dengan puisi dan juga sastra *hihi gak tau kenapa kalau lagi sendiri apalagi merenung kadang2 kata-kata hiperbola itu keluar dengan sendirinya *crooooottt alayyyy kembali ke laptop. Nah temen-temen Postingan saya kali ini bukan sembarang postingan karena postingan saya *yaelah ribet banget bahasanya, ini berisi tentang puisi yang diciptain dari Korea Negeri Gingseng impian saya *daebak! Jadi puisinya ini bagus,keren dan kata-katanya itu uh bikin hati sang pembaca adem. Hihi yaudah langsung aja yah simak puisinya disini juga sudah saya sediakan versi bahasa indonesianya jadi lebih gampang kalo saya post yang bahasa koreanya ntar kalian jadi bingung *hihi oke temen-temen cekidottttt

1.     Sesuatu yang di Dalam Sudah Ada di Luar – Hoe Yeon

Desas-desus bahwa cahaya api membakar seseorang adalah lelucon kekana-kanakan.
Cahaya api hanya membakar dirinya sendiri.
Apakah cahaya api pernah milikku?
Apakah aku pernah menjadi cahaya api?
Yang terjadi adalah, orang lain tidak akan mati di tempatku,
Tidak akan ada yang menyelinap di tempatku,
Tidak akan tetap hidup dalam koridor rumah sakit universitas,
Tidak akan mengacak-balik halaman majalah,
Ada kalanya kenyataan lebih dingin daripada di musim dingin.
Kesendirian disebutnya diberikan padaku setekah pertemuan dengan gravitasi setelah aku tegak,
Ada saat-saat yang benar beruntung.
Tidak ada kebohongan yang lebih bodoh daripada mengatakan
Bahwa kamu telah menyatukan daging.
Hal seperti itu tidak menyatu.
Satu yang di dalam sudah menjadi satu di luar,
Dan seseorang yang akan pergi keluar lagi.
Apakah aku pernah melihat pancaran sinar yang kuat membuat bulat jalan memutar?
Apakah aku pernah melihat sesuatu yang tertinggal di belakang?
Pernahkah hujan mengisyaratkan satu kata kepadaku?
Pernah memaafkanku?
Ini karena selalu ada aku di indahnya
Dunia yang membuatku tersengal ini
Pusing seperti ini.

2.     Seorang Lelaki Jahat Berdiri- Hoe Yeon

Ada saat-saat untuk melupakan bagaimana waktu mengalir.
Kadang karena hidup tidak berarti,
Tetapi yang utama karena detakan serpihan kaca kehidupan selalu teronggok menyedihkan di satu tempat,
Seperti puing-puing.
Berkilauan keras.

Aku juga merasa sulit untuk percaya,
Tapi aku sering lupa kalau aku lapar ketika menulis dua buah puisi.
Begitulah hal itu, kemudian.
Puisi-puisi itu hancur dan berkilauan seolah-olah aku lari dengan seorang wanita yang tak sederajat,
Dan aku pikir keadaanku ini lebih baik daripada tentara yang berdasi atau sekelompok pencuri.
Membuatku menyesal juga.

Biru warna yang menghiasiku,
Kadang-kadang sedih,
Kadang ramai.
Saat ini aku tidak lagi memiliki warna itu,
Yang pernah menjadikanku seorang lelaki,
Menjadikanku penyair,
Dan menjadikanku pengembara.
Membuatku menyesal juga.

Aku menciptakan diriku sendiri,
Menciptakan diri sendiri lebih muda daripada mengiris dan menggigit apel.
Tetap, aku akan tinggal di sebagai kenangan biru. Bisa menjadi muda meskipun sudah tua.
Hidup seperti secuil kaca biru.

Seperti sejenis hukum, seorang lelaki berdiri.
Seorang lelaki jahat sedang berdiri.

3.     Hilang – Lee Jang Wook

Aku dikirimkan untukmu.
Aku terlahir di luar diriku.
Aku tak dapat mengingat satupun, namun
Tanpa kesalahan kecil
Aku mulai menghilang.
Saat aku berjalan di sepanjang jalan
Kenangan seseorang
Membuat rambutku berdiri.
Orang yang lewat menyaksikan pemandangan
Kakiku yang tak menginjak tanah.
Ketika alis dan bibirku dan bahkan bahuku
Menghilang dengan tergesa-gesa,
Bukan dengan tenang
Seseorang tiba-tiba
Di beberapa tempat terpencil sama sekali
Melihat kembali.
Di bawah sinar matahari
Aku meregangkan kedua lengannya lebar.

4.     Batang tubuh – Lee Jang Wook

Kadang-kadang aku tak berkepala
Tanpa kebiasaan
Dan tanpa berekspresi berdarah dingin
Aku terus pemanasan terhadap orang-orang
Meskipun aku memotong lenganku
Dan memotong kepalaku
Kedua kakiku menggu bus
Keduan tanganku menyapa orang dengan sukacita
Bibirku terus bergumam sendiri
Dalam tiga detik aku lupa kuku jariku yang terpotong
Membutuhkan tiga minggu untuk memasang
Sebuah kebiasaan dalam tubuhku
Tapi untuk mengeluarkan ekspresi berdarah dingin
Membutuhkan seumur hidup
Sebagai potret diriku untuk hari ini
Mengimbangi tampilan belakang dari tubuhku
Aku ingin memiliki bibir yang suci
Yang pernah bebrbicara kontradiksi
Tapi itu hanya bisa saat seluruh tubuhku telah lenyap
Dan sejak hari ini masih ada hal-hal yang tumbuh keluar dari tubuhku
Sejak hari ini masih ada hak yang ingin aku potong
Aku melanjutkan, bahkan tanpa gumaman bibir dengan seluruh tubuhku

Referensi : Buku percakapan sehari-hari bahasa korea,inggris,indonesia- Elita Rachmie, Linda handayani, Kiki ariyani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Provinsi Sulawesi Tengah Ibu Kota Palu Lebih Dekat

Alat bedah minor

Cara Membuat Mail Merge Menggunakan Microsoft Word